Sumber Gambar: Klik
Oleh Jorg Rachide
Dosen Fisika di Jurusan Fisika FMIPA UGM
Abstract: Physics, at least in my opinion, is an attempt to find out the mathematics of the nature, i.e. the totality of patterns obeyed by all natural phenomena. The mathematics under question should not be thoroughly the mathematics known today by human being. The today mathematics is merely a kind of approximation to the mathematics of the nature.
Sejarah mencatat adanya hubungan yang teramat khusus antara fisika dan matematika. Tidak ada hubungan yang terjalin antara dua disiplin ilmu sedemikian erat melibihi eratnya hubungan antara fisika dan matematika. Di Mesir kuno geometri digagas karena terkait urusan agraria, yakni untuk urusan pengukuran tanah. Motivasi serupa namun dalam sekala yang lebih luas juga dimiliki oleh Gauss, ketika ia menggagas geometri diferensial intrinsik untuk permukaan-permukaan dalam ruang. Isaac Newton menghabiskan waktu sebelas tahun untuk mengembangkan kalkulus dalam rangka untuk memahami mekanika dan gravitasi benda-benda langit. PoincarĂ© pun tak jauh berbeda dari para matematikawan yang disebut sebelumnya. Bagi PoincarĂ© peninjauan sistem-sistem dinamis membutuhkan peranti matematis yang lebih mendalam dan memiliki cakupan yang luas, yakni harus melibatkan L’Analysis SitĂ»s (topologi). Matematika dan ilmu fisika berkembang beriringan selama berabad-abad. Adakalanya perkembangan fisika dan matematika berada di satu figur (semisal pada diri Archimedes dan Newton). Tetapi, kebanyakan perkembangan yang terjadi melibatkan sekian banyak figur. Sayang, ada masanya kebersamaan itu mencapai kejenuhan dan tibalah saat keduanya harus berjalan sendiri-sendiri. Matematika terus berkembang dengan kekuatan abstraksi dan generalisasi tanpa tekanan oleh realitas. Sementara para fisikawan ditekan oleh realitas sehingga tidak punya waktu untuk melakukan itu semua. Akan tetapi kedua ilmu itu membuktikan adanya saling melengkapi dan bahkan terdapat paralelisme meskipun berjalan sendiri-sendiri. Relativitas umum yang digagas oleh Albert Einstein berdasar inspirasi dari Ernst Mach tidak lain adalah kasus khusus implementasi geometri differensial. Gagasan Einstein itu, pada akhirnya diparipurnakan oleh David Hilbert (seorang matematikawan). Mekanika kuantum yang dibangun oleh Heisenberg, Schroedinger, dan beberapa figur yang lain ternyata, sebagaimana ditunjukkan oleh von Neumann, merupakan mekanisme dalam teori ruang Hilbert (analisa fungsional) yang dikombinasikan dengan teori peluang.
Selanjutnya panggung sejarah ilmu fisika menyajikan episode-episode menarik. Berangkat dari gagasan Dirac untuk membangun profil medan elektromagnetik yang sejalan dengan mekanika kuantum, diteruskan dengan elektrodinamika kuantum Feynman, Dyson, Schwinger dan Tomonaga, lalu giliran model Yang-Mill untuk spin isotopis, kemudian teori elektrolemah Weinberg dan Abdusalam dan sebagainya. Pemain bintang dalam epos yang ditampilkan dalam panggung sejarah fisika itu adalah yang disebut oleh fisikawan sebagai teori medan tera yang dikembangkan oleh para fisikawan sebagai kerangka teoretis bagi interaksi-interaksi fundamental. Tidak kalah gegap gempita adalah epos yang ditampilkan dalam panggung sejarah matematika. Epos kolosal di sana dimulai dari kajian lebih mendalam terhadap topologi dan geometri manifold differensibel, dilanjutkan dengan munculnya konsep untingan serat (fibre bundel) dan sifat-sifatnya. Giliran berikutnya adalah penampilan koneksi pada untingan serat, dan kelengkungan terkait dengan koneksi itu. Pendalaman lebih lanjut menghasilkan kelas-kelas karakteristik untingan serat dengan koneksi. Tanpa ada janjian sebelumnya, kedua epos yang ditampilkan dalam dua panggung yang berbeda itu ternyata menceritakan kisah kepahlawanan yang sama. Teori medan tera bagi fisikawan adalah teori tentang untingan serat dengan koneksi bagi matematikawan. Perkembangan-perkembangan selanjutnya yang terjadi pada kedua ilmu itu pun masih dihiasi oleh paralelisme-paralelisme semacam itu. Misalnya, ketika para fisikawan tertarik berbicara grup kuantum, para matematikawan sibuk dengan aljabar Hopf. Kenyataannya, keduanya identik.
Terdapat simbiosis mutualisme antara fisika dan matematika. Di satu pihak, fisikawan membutuhkan peranti analisis dan objek-objek matematis guna menyelesaikan permasalahan dan memodelkan keteraturan alam. Di pihak lain ternyata tuntutan kebutuhan matematika tingkat lanjut memicu dan mengilhami para matematikawan untuk memunculkan gagasan-gagasan matematis yang belum terpikirkan sebelumnya. Dalam hal ini, fisika menuntun perkembangan ilmu matematika.
Sumber: Klik